Dynamic Blinkie Text Generator at TextSpace.net


Minggu, 25 November 2012

UMP DKI Masih Jauh dari Harapan Buruh (BI-01-SS-12)

Kebutuhan sekolah anak harusnya juga menjadi pertimbangan terpenting. Dua anak perempuan kecil bermain sambil berlarian di jalan yang lebarnya tidak lebih satu setengah meter. Seorang perempuan muda duduk dengan membawa nasi dan lauk ayam goreng untuk menyuapi makan anaknya. Mereka adalah keluarga dari Pradana, seorang buruh di salah satu pabrik minuman di Jaktim. Ditemui Beritasatu.com di sekitaran rumah kontrakannya, di Jaktim, Suyatmi, istri Pradana, memprediksi kenaikan UMP DKI bakal tetap memposisikan keuangan rumah tangganya dalam keadaan sulit bergerak. Betapa tidak. Suyatmi berujar, "Untuk biaya sewa rumah saja kami harus mengeluarkan Rp500 ribu. Belum lagi untuk anak. Juga untuk listrik, yaitu sebesar sekitar Rp100 ribu demi menyalakan alat elektronik seperti TV dan lemari pendingin," tuturnya, Kamis (22/11). Diketahui, beberapa hari lalu, UMP (upah minimum provinsi) DKI Jakarta ditetapkan. Besarannya adalah Rp2.216.243. Penetapan angka UMP itu memang disambut oleh beragam pendapat. Ada yang pro, tapi juga ada yang kontra. Tapi dari kacamata Suyatmi, besaran UMP itu belumlah cukup melegakannya. Sebab selain yang dipaparkan sebelumnya, dia mengatakan, pendapatan Pradana sebagai buruh masih harus dipakai lagi untuk memenuhi kebutuhan pangan selama sebulan. "Untuk makan sekeluarga sebulan, jumlahnya mencapai sekitar satu juta lebih. Sedangkan untuk kebutuhan anak sekolah kan juga harus diperhatikan. Karena itu merupakan hal yang termasuk sangat terpenting," ujarnya. Hal senada juga diungkap Wati, seorang buruh pabrik di salah satu pabrik makanan di Jakarta. Lantaran itulah, kendati merasa puas dengan angka kenaikan UMP DKI Jakarta 2013, Wati mengaku harus tetap jeli mengkalkulasi pengeluaran rutin keluarganya. "Saya khawatir, kenaikan upah itu akan diiringi dengan naiknya harga barang-barang kebutuhan pokok. Padahal, kan dari jumlah itu tetap harus dipikirkan untuk biaya anak-anak sekolah dan makan. Ditambah lagi, biaya listrik," tutur perempuan muda yang mengaku memiliki televisi, lemari pendingin, dan DVD di rumahnya. Belum cakup keseluruhan Sementara itu, menanggapi penetapan UMP DKI Jakarta 2013, aktivis dari Forum Buruh DKI Jakarta Muhammad Rusdi menegaskan, acuan kebutuhan hidup layak (KHL) untuk UMP yang dilakukan pemerintah tidaklah tepat. Pasalnya, Rusdi memaparkan, KHL DKI Jakarta 2013 yang sebesar Rp1.978.789 per bulan ditetapkan dengan pertimbangan 60 komponen di Peraturan Menteri Tenaga Kerja tentang Komponen dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak. "Padahal itu belum mencakup keseluruhan kebutuhan buruh. Misalnya, KHL versi pemerintah itu memakai ukuran 60 komponen pekerja lajang. Tapi komponen seperti t-shirt, gordin, dan jaket tidak masuk dalam komponen,” jelasnya. Lebih dari itu, menurut Rusdi, adalah hal yang sangat wajar jika UMP DKI Jakarta lebih tinggi daripada UMP atau UMK (Upah Minimum Kota) di daerah sekitar DKI Jakarta. “Sangat wajar UMP DKI lebih tinggi. Sebagai contoh, sewa rumah di DKI sekitar Rp 500 ribu sedangkan sewa rumah di Bekasi sekitar Rp 400 ribu,” tandasnya. Rusdi menambahkan, teman-temannya di kalangan buruh juga menuntut kenaikan upah minimum sektoral (UMSP) sebesar 15-30% atau sekitar Rp2.5 juta - Rp 3 juta dari beberapa sektor unggulan seperti garment, otomotif, elektronik, dan perbankan. Terkait ancaman pemecatan yang dilakukan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Rusdi meminta agar Apindo memberhentikan provokasi tersebut. “Kami meminta Apindo untuk stop provokasi yang menyatakan pemecatan besar-besaran. Alasannya, pertama kalau pengusaha dalam kondisi collapse, pengusaha bisa meminta penangguhan pada pemerintah. Kedua, labour cost hanya 10%, sementara biaya pengiriman di Indonesia 15%. Ketiga, banyak pungli sebesar 15%. Keempat, bunga bank yang masih tinggi,” jelas Rusdi. SUMBER : http://www.beritasatu.com/megapolitan/84852-ump-dki-masih-jauh-dari-harapan-buruh.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar