Dynamic Blinkie Text Generator at TextSpace.net


Rabu, 10 Oktober 2012

Mobil murah VS kemacetan di indonesia





Ternyata, beban lalu lintas di ibukota Indonesia ini masih akan terus bertambah dengan rencana hadirnya beberapa mobil murah berharga dibawah Rp. 100 juta on the road Jakarta. Mungkin bagi kalangan menengah ke bawah, ini lah saatnya mempunyai mobil pribadi yang bisa dibawa kesana-sini untuk beraktifitas dan menunjang mobilitas. Mungkin saja, mobil murah ini akan laris manis di kalangan warga Jakarta dengan penghasilan pas-pasan.

Sebetulnya, harga berapapun yang ditawarkan pihak produsen akan diserap pasar konsumen Jakarta. Mau murah atau mahal tetap ada kelas pembelinya. Artinya ya siap-siap Jakarta menjadi lebih macet lagi kalau tidak segera dibuatkan rencana tata kota dan tata ruang yang radikal dengan bekerja sama dengan berbagai pihak terkait.

Bayangkan harga mobil baru tak lagi ratusan juta rupiah, tapi tak lebih dari dua puluh jutaan. Bisa jadi banyak dari kita yang turut antre membeli. Namun, bagi Greenpeace, mobil murah bakal meramaikan lalu lintas Jakarta dan kian menambah kemacetan yang luar biasa.

Menurutnya, hal tersebut disebabkan Pemerintah Daerah (Pemda) DKI belum juga menyelesaikan masalah transportasi yang ada. Pemda hanya memiliki solusi dadakan dan tidak menyeluruh. Seharusnya sebelum mobil murah itu meramaikan ibukota, sudah ada skema penyelesaian menyeluruh terhadap masalah transportasi yang ada.

"Jika mobil murah itu tetap masuk saat masalah belum teratasi, maka kita akan alami kemacetan total di 2015," ujarnya.

Dalam pandangan Arif, mobil-mobil murah itu menambah wajah kelam sektor transportasi dan turut berkontribusi pada pencemaran udara. Mobil Tata Nano, keluaran Tata Motor dari India yang rencananya akan masuk ke Indonesia September esok, diperkirakan masih menggunakan bahan bakar fosil. Hal tersebut tentu saja menambah pencemaran udara di Jakarta.

"Tidak hanya memperburuk transportasi, juga merusak upaya mengurangi efek gas rumah kaca di negeri ini," paparnya.

Arif berkilah, Greenpeace tidak berpikir kalau penilaiannya ini akan mematikan industri otomotif. Pihaknya mendukung mereka yang mengembangkan kendaraan ramah lingkungan. Seperti yang dilakukan sebuah perusahan negara yang mencoba membuat mobil ramah lingkungan. Tapi menurutnya, sejauh ini belum terbukti mobil itu ramah lingkungan, karena yang dikedepankan hanya harga mobil yang murah.

Greenpeace Indonesia pun menyatakan sangat mendukung upaya-upaya generasi muda bangsa ini yang memperjuangkan mobil-mobil ramah lingkungan. Meskipun masih bersifat proyek percontohan, dan belum ada rencana diproduksi massal.

"Bisa dibayangkan bila harga mobil itu seharga sekitar dua motor bebek, maka masyarakat akan berbondong-bondong membelinya. Maka kita akan tunggu kemacetan yang luar biasa," imbuh Arif.

Lalu, penyelesaian seperti agar masyarakat bisa mendapatkan transportasi masal yang baik. Memaksimalkan busway adalah salah satu solusi. Karena awalnya busway adalah solusi yang baik selama dijalankan dengan tepat dan sesuai dengan rencana awal.

"Jika pengelolaan dan monitoringnya dilakukan dengan baik, maka busway bisa menjadi solusi yang jelas. Termasuk segera memenuhi rencana penyediaan hingga 15 koridor," pungkasnya.

sumber :                                                 
                                                                                           




Tidak ada komentar:

Posting Komentar