Ternyata,
beban lalu lintas di ibukota Indonesia ini masih akan terus bertambah dengan
rencana hadirnya beberapa mobil murah berharga dibawah Rp. 100 juta on the road
Jakarta. Mungkin bagi kalangan menengah ke bawah, ini lah saatnya mempunyai
mobil pribadi yang bisa dibawa kesana-sini untuk beraktifitas dan menunjang
mobilitas. Mungkin saja, mobil murah ini akan laris manis di kalangan warga
Jakarta dengan penghasilan pas-pasan.
Sebetulnya,
harga berapapun yang ditawarkan pihak produsen akan diserap pasar konsumen
Jakarta. Mau murah atau mahal tetap ada kelas pembelinya. Artinya ya siap-siap
Jakarta menjadi lebih macet lagi kalau tidak segera dibuatkan rencana tata kota
dan tata ruang yang radikal dengan bekerja sama dengan berbagai pihak terkait.
Bayangkan
harga mobil baru tak lagi ratusan juta rupiah, tapi tak lebih dari dua puluh
jutaan. Bisa jadi banyak dari kita yang turut antre membeli. Namun, bagi
Greenpeace, mobil murah bakal meramaikan lalu lintas Jakarta dan kian menambah
kemacetan yang luar biasa.
Menurutnya,
hal tersebut disebabkan Pemerintah Daerah (Pemda) DKI belum juga menyelesaikan
masalah transportasi yang ada. Pemda hanya memiliki solusi dadakan dan tidak
menyeluruh. Seharusnya sebelum mobil murah itu meramaikan ibukota, sudah ada
skema penyelesaian menyeluruh terhadap masalah transportasi yang ada.
"Jika
mobil murah itu tetap masuk saat masalah belum teratasi, maka kita akan alami
kemacetan total di 2015," ujarnya.
Dalam
pandangan Arif, mobil-mobil murah itu menambah wajah kelam sektor transportasi
dan turut berkontribusi pada pencemaran udara. Mobil Tata Nano, keluaran Tata
Motor dari India yang rencananya akan masuk ke Indonesia September esok,
diperkirakan masih menggunakan bahan bakar fosil. Hal tersebut tentu saja
menambah pencemaran udara di Jakarta.
"Tidak
hanya memperburuk transportasi, juga merusak upaya mengurangi efek gas rumah
kaca di negeri ini," paparnya.
Arif
berkilah, Greenpeace tidak berpikir kalau penilaiannya ini akan mematikan
industri otomotif. Pihaknya mendukung mereka yang mengembangkan kendaraan ramah
lingkungan. Seperti yang dilakukan sebuah perusahan negara yang mencoba membuat
mobil ramah lingkungan. Tapi menurutnya, sejauh ini belum terbukti mobil itu
ramah lingkungan, karena yang dikedepankan hanya harga mobil yang murah.
Greenpeace
Indonesia pun menyatakan sangat mendukung upaya-upaya generasi muda bangsa ini
yang memperjuangkan mobil-mobil ramah lingkungan. Meskipun masih bersifat
proyek percontohan, dan belum ada rencana diproduksi massal.
"Bisa
dibayangkan bila harga mobil itu seharga sekitar dua motor bebek, maka
masyarakat akan berbondong-bondong membelinya. Maka kita akan tunggu kemacetan
yang luar biasa," imbuh Arif.
Lalu,
penyelesaian seperti agar masyarakat bisa mendapatkan transportasi masal yang
baik. Memaksimalkan busway adalah salah satu solusi. Karena awalnya busway
adalah solusi yang baik selama dijalankan dengan tepat dan sesuai dengan
rencana awal.
"Jika
pengelolaan dan monitoringnya dilakukan dengan baik, maka busway bisa menjadi
solusi yang jelas. Termasuk segera memenuhi rencana penyediaan hingga 15
koridor," pungkasnya.
sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar