Dynamic Blinkie Text Generator at TextSpace.net


Kamis, 31 Oktober 2013

Tugas Kelompok Softskill



TUGAS KELOMPOK SOFTSKILL KELAS 4EB10 MINGGU 1

Anggota:
Dewi Kencanawati     (21210903)
Dila Noviyanti             (22210015)
Ericha Dian                 (22210387)
Ferizah Meizarsio        (22210742)
Yuliana Eka Putri         (28210752)


1. Untuk mahasiswa etika apa saja yang dilanggar ? akibat dan konsekuensinya apa ?
Jawab:
a.) Tidak mendengarkan dosen yang sedang menerangkan
- Akibatnya : Mahasiswa jadi kurang paham dan tidak mengerti tentang apa yang dibahas dalam mata kuliah tersebut.
- Konsekuensinya : Mahasiswa harus belajar kepada teman yang telah memahami materi yang diterangkan.
b.) Melakukan demo yang anarkis
- Akibatnya : Banyak berjatuhan korban, nama baik kampus tercemar, meresahkan masyarakat, serta merusak fasilitas.
- Konsekuensinya : Mahasiswa harus terima jika dipanggil bahkan dikeluarkan dari kampus secara paksa.
c.) Mencontek saat ujian
-  Akibatnya : ketahuan oleh dosen pengawas.
- Konsekuensinya :  Mahasiswa harus siap mendapat nilai E, dan namanya akan dimasukan kedalam berita acara perkuliahan.

2. Etika yang ada pada daerah suatu daerah. Disini akan dijelaskan etika yang ada di daerah Jawa, Bali dan Sunda.
* Pada daerah Jawa :
a.  Sikap Batin yang Tepat
Dalam masyarakat Jawa terdapat sebuah ajaran moral yang oleh Magnis disebut sebagai “sikap batin yang tepat” yakni sebuah pendirian batin untuk selalu mengendalikan hawa nafsu dan egoisme (pamrih: mendahulukan kepentingan pribadi di atas kepentingan umum).



b.  Tindakan yang Tepat dalam Dunia
Dari konsep mengenai “sikap batin yang tepat” muncullah sebuah pandangan dalam masyarakat Jawa bahwa manusia jangan mengikat diri pada dunia akan tetapi membebaskan diri dari dunia, namun demikian bukan berarti menarik diri dari dunia. Dari satu pemahaman tersebut kemudian sampailah pada suatu ungkapan “rame ing gawe, sepi ing pamrih dan memayu hayuning bawana”. Yang dimaksud rame ing gawe yakni kewajiban untuk bekerja keras, sementara sepi ing pamrih berarti jauh dari sifat-sifat egois. Bila kedua ungkapan tersebut digabung melahirkan sebuah pengertian bahwa orang Jawa hendaknya selalu bekerja keras namun juga harus mengindari pamrih (imbalan). Kemudian memayu hayuning bawana ialah memperindah kehidupan dunia dalam keselarasan kosmos.
c. Pengertian yang Tepat
Pandangan Jawa mengenai sikap batin dan tidakan yang tepat didasari atas pemahaman tentang tempat yang tepat. Barang siapa yang memahami tempatnya dalam masyarakat, ia juga memiliki sikap batin yang tepat dan dengan demikian akan bertindak tepat.

*Pada daerah Bali :
a.  Dalam perkawinan adat Bali, dipengaruhi oleh dadia atau klen dan kasta. Perkawinan yang ideal bila mana pemuda dan gadis dari satu dadia atau setidaknya mempunyai kasta yang sama. Sebaiknya anak gadianya tidak menikahi pemuda yang kastanya lebih rendah bila ini terjadi akan mepermalukan keluarga.
Dan dalam adat perkawinan bali ada pantangan yang tidak boleh di langgar yaitu saudara perempuan seorang suami tidak boleh kawin dengan saudara laki-laki istri bola dilanggar akan mendatangkan bencana. Dan perkawinan yang di pantang pula adalah bibi atau paman yang menikah dengan keponakan, saudara kandung atau tiri.
b.  Pada saat hari nyepi dilarang keluar rumah, hotel atau penginapan . Dilarang menyalakan lampu           di malam hari dan api.
c. Larangan Saat Berkunjung ke Pura
-    Wanita yang sedang menstruasi atau habis melahirkan dilarang masuk ke lingkungan Pura.
-    Dilarang mengenakan celana pendek. Bagi yang mengenakan celana pendek bisa memakai sarung   yang biasanya disediakan di luar Pura.
-    Jangan berjalan di depan orang yang sedang sembahyang atau melakukan ritual agama.
-    Jangan memotret orang yang sedang bersembahyang atau pendeta yang memimpin doa dengan menggunakan flash (cahaya kilat).



d.  Etika dan Kesopanan di Bali
-    Hindari menyentuh lawan bicara saat sedang berinteraksi.
-    Jangan buang air di sembarang tempat. Beberapa pohon di Bali dianggap sakral, biasanya ditandai dengan ikatan kain dan sesajen, dan dipercaya sebagai tempat tinggal dari makhluk dunia lain.
-    Jangan mengejek arca (patung), topeng, atau benda adat dan kesenian Bali.
-    Hormati penduduk lokal dengan berperilaku sopan dan santun.
Itulah berbagai pantangan, larangan, dan etika kesopanan saat berwisata ke Bali

*Pada daerah Sunda :
a. Jika lewat di depan rumah seseorang, dan kebetulan orangnya ada di beranda rumah atau kelihatan, seseorang yang lewat harus mengucapkan “punten/permisi”.
b. Jika lewat di depan orang yang jauh lebih tua dan jaraknya dekat, misalnya dalam suatu pertemuan atau riungan, maka diharuskan untuk membungkukan badan dengan tangan kanan lebih rendah daripada tangan kiri seolah-olah tangan kanan sedang memungut sesuatu sambil mengucapkan “punten/permisi”.
c. Ketika makan, tidak boleh ada suara dari mulut ketika mengunyah.
d. Tidak kentut di depan orang yang lebih tua atau di depan orang, apalagi seorang gadis/wanita, sangat dipantang.
e. Diharamkan memanggil yang lebih tua dengan namanya!!
f. Jika orang tua sedang berkumpul apalagi kedatangan tamu, anak kecil tidak boleh nimbrung
j. Kalau berbicara dengan orang tua, tidak boleh memandang mata dan usahakan untuk mendengarkan dulu.

Sumber :


1. What kind of ethics which are usually violated by students? And what are the consequences?
Answer:
a.) Ignoring the lecturer’s lessons in class
- Effects: Students could have some difficulties on understanding the courses.
- Consequences: Students have to ask to their friends who are able to re-explain the courses.
b.) Perform the anarchist demonstration
- Effects: could cause the casualties, could taint the reputation of university, generate social unrest, and ruin the general facilities.
- Consequences: Students should take the responsibilities when they are summoned by the police, they also could be expelled from campus.
c.) Cheating during exams
- Effect: get caught by the supervisor.
- Consequences: Students could get the worst mark and his name will be written into lecture official reports.

2. Ethics that exist in some regions. In this case ethics in Java, Bali and Sunda.
* In the region of Java:
a. Right Mental Attitude
In the Javanese society there is a moral teaching that is referred to as "the right mental attitude" by Magnis, a mental standpoint to always control the passions and egoism. (In Javanese language, pamrih : prioritizing personal interests above the public interest) .

b . Right Actions in the Daily Activities
From the concept of "the right mental attitude" comes a sight of the Javanese society that humans do not bind itself to the world but to free themselves from the world, however, it does not mean that they should withdraw themself from the world. Those concept will lead to an expression “rame ing gawe, sepi ing pamrih dan memayu hayuning bawana”. The meaning of rame ing gawe is obligation to work hard, while sepi ing pamrih means avoid the selfish traits. If both expressions are combined, they will generate a sense that the Javanese should always work hard but also have to avoid the greediness to get a reward. The last sentence, memayu hayuning bawana means that beautify the world in harmony of the cosmos.

c . The Right Understanding
Javanese sight of the inner attitude and appropriate actions based on the understanding of the right places. Those who understands his place in society, would also has the right mental attitude and therefore will act appropriately.


* In the region of ​​Bali:
a. Balinese traditional marriage is influenced by dadia or clan and caste. The ideal marriage happens when where bride and groom are from the same dadia or at least have the same caste.The girls should not marry a lower caste boy since it will embarrass the family.
In balinese traditional wedding there are some restrictions that can not be violated. The sisters of the grooms can not marry with the brothers of his wife because the violation of this law could bring disaster. Another restrictions are the marriage of an aunt or uncle with their nephew and a marriage among siblings or step brothers and sisters.
b . During Nyepi day people are prohibited to go outside of the house, hotel or inn. They also pprohibited to turn on the lights and fire at night.
c . Prohibition when visiting Pura
-  Women who are menstruating or who had just gave a birth are forbidden to enter the temple environment.
- Women are prohibited to wear shorts. For those who wear shorts they heve to cover their legs with sarung cloth which are usually provided outside the temple.
- Do not walk in front of people who are praying or performing religious rituals.
- Do not take pictures of people who are praying or monk who leads prayers by using the flash light.
d. Ethics and Politeness in Bali
- Avoid touching the other person when you're interacting.
- Do not waste water in any place. Some trees are considered sacred in Bali, usually marked with fabric ties and offerings, and it is believed to be the residence of the other-worldly beings.
- Do not mock statue (sculpture), mask, or custom objects and Balinese art.
- Respect local residents by behaveing politely.
That are the various restrictions, prohibitions, and manners when traveling to Bali

* In the region of ​​Sunda:
a. When we pass in front of someone's house and see the house owner coincidently, we are obliged say " Punten / permisi (excuse me)".
b . When we pass in front of people who are much older and in short distance with him/her, for example, in a meeting or room, it is required to bow and set our  right hand lower than the left hand as if it pick up something while saying " Punten/ permisi (excuse me)" .
c . When we eat, there should be no sound from the mouth when chewing.
d . Do not fart in front of people who are older or in front of people, especially for a girl/woman, It is highly prohibited.
e . It is prohibited to call older people with his name.
f .  When parents are gathering with their guests, children should not join the conversation.
j .  When talking with parents, avoid eye contact and try to listen first.


Sources:
http://sosbud.kompasiana.com/2011/01/22/adab-sopan-santun-zaman-dulu-khususnya-adat-sunda-336775.html
http://nguts.wordpress.com/2010/12/16/etika-jawa/
http://www.voucherhotel.com/travel/pantangan-saat-berkunjung-ke-bali/




Rabu, 23 Oktober 2013

Perilaku Etika dalam Bisnis

1.      Lingkungan Bisnis yang Mempengaruhi Perilaku Etika 
Bisnis melibatkan hubungan ekonomi dengan banyak kelompok orang yang dikenal sebagai stakeholders, yaitu: pelanggan, tenaga kerja, stockholders, suppliers, pesaing, pemerintah dan komunitas. Oleh karena itu para pembisnis harus mempertimbangkan semua bagian dari stakeholders dan bukan hanya stockholdernya saja. Pelanggan, penyalur, pesaing, tenaga kerja dan bahkan pemegang saham adalah pihak yang sering berperan untuk keberhasilan dalam berbisnis. Lingkungan bisnis yang mempengaruhi etika adalah lingkungan makro dan lingkungan mikro. Lingkungan makro yang dapat mempengaruhi kebiasaan yang tidak etis yaitu bribery, coercion, deception, theft, unfair dan discrimination. Maka dari itu dalam perspektif mikro, bisnis harus percaya bahwa dalam berhubungan dengan supplier atau vendor, pelanggan dan tenaga kerja atau karyawan.
faktor-faktor yang mempengaruhi dalamperilaku dalam bisnis :
·         Lingkungan bisnis
·         Organisasi
·         individu

2.      Kesaling – tergantungan antara bisnis dan masyarakat
Mungkin ada sebagian masyarakat yang belum mengenali apa itu etika dalam berbisnis. Bisa jadi masyarakat beranggapan bahwa berbisnis tidak perlu menggunakan etika, karena urusan etika hanya berlaku di masyarakat yang memiliki kultur budaya yang kuat. Ataupun etika hanya menjadi wilayah pribadi seseorang. Tetapi pada kenyataannya etika tetap saja masih berlaku dan banyak diterapkan di masyarakat itu sendiri. Bagaimana dengan di lingkungan perusahaan? Perusahaan juga sebuah organisasi yang memiliki struktur yang cukup jelas dalam pengelolaannya. Ada banyak interaksi antar pribadi maupun institusi yang terlibat di dalamnya. Dengan begitu kecenderungan untuk terjadinya konflik dan terbukanya penyelewengan sangat mungkin terjadi. Baik dalam tataran manajemen ataupun personal dalam setiap team maupun hubungan perusahaan dengan lingkungan sekitar. Untuk itu etika ternyata diperlukan sebagai kontrol akan kebijakan, demi kepentingan perusahaan itu sendiri Oleh karena itu kewajiban perusahaan adalah mengejar berbagai sasaran jangka panjang yang baik bagi masyarakat.

3.      Kepedulian pelaku bisnis terhadap etika
Pelaku bisnis dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk “uang” dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi. Artinya sebagai contoh kesempatan yang dimiliki oleh pelaku bisnis untuk menjual pada tingkat harga yang tinggi sewaktu terjadinya excess demand harus menjadi perhatian dan kepedulian bagi pelaku bisnis dengan tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup keuntungan yang berlipat ganda. Jadi, dalam keadaan excess demand pelaku bisnis harus mampu mengembangkan dan memanifestasikan sikap tanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya. Tanggung jawab sosial bisa dalam bentuk kepedulian terhadap masyarakat di sekitarnya, terutama dalam hal pendidikan, kesehatan, pemberian latihan keterampilan, dll. Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain ialah :
·         Pengendalian diri
·         Pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility)
·         Mampu menyatakan yang benar itu benar

4.      Perkembangan Dalam Etika Bisnis
Perkembangan dalam etika bisnis dibagi menjadi 5 periode yaitu sebagai berikut :
·         Situasi Dahulu : Pada awal sejarah filsafat, Plato, Aristoteles, dan filsuf-filsuf Yunani lain menyelidiki bagaimana sebaiknya mengatur kehidupan manusia bersama dalam negara dan membahas bagaimana kehidupan ekonomi dan kegiatan niaga harus diatur.
·         Masa Peralihan tahun 1960-an : ditandai pemberontakan terhadap kuasa dan otoritas di Amerika Serikat (AS), revolusi mahasiswa (di ibukota Perancis), penolakan terhadap establishment (kemapanan). Hal ini memberi perhatian pada dunia pendidikan khususnya manajemen, yaitu dengan menambahkan mata kuliah baru dalam kurikulum dengan nama Business and Society. Topik yang paling sering dibahas adalah corporate social responsibility.
·         Etika Bisnis Lahir di AS tahun 1970-an : sejumlah filsuf mulai terlibat dalam memikirkan masalah-masalah etis di sekitar bisnis dan etika bisnis dianggap sebagai suatu tanggapan tepat atas krisis moral yang sedang meliputi dunia bisnis di AS.
·         Etika Bisnis Meluas ke Eropa tahun 1980-an : di Eropa Barat, etika bisnis sebagai ilmu baru mulai berkembang kira-kira 10 tahun kemudian. Terdapat forum pertemuan antara akademisi dari universitas serta sekolah bisnis yang disebut European Business Ethics Network (EBEN),
·         Etika Bisnis menjadi Fenomena Global tahun 1990-an : tidak terbatas lagi pada dunia Barat. Etika bisnis sudah dikembangkan di seluruh dunia. Telah didirikan International Society for Business, Economics, and Ethics (ISBEE) pada 25-28 Juli 1996 di Tokyo.

5.      Etika Bisnis dan Akuntan
Dalam menjalankan profesinya seorang akuntan di Indonesia diatur oleh suatu kode etik profesi dengan nama kode etik Ikatan Akuntan Indonesia. Kode etik Ikatan Akuntan Indonesia merupakan tatanan etika dan prinsip moral yang memberikan pedoman kepada akuntan untuk berhubungan dengan klien, sesama anggota profesi dan juga dengan masyarakat. Selain dengan kode etik akuntan juga merupakan alat atau sarana untuk klien, pemakai laporan keuangan atau masyarakat pada umumnya, tentang kualitas atau mutu jasa yang diberikannya karena melalui serangkaian pertimbangan etika sebagaimana yang diatur dalam kode etik profesi.

 
Sumber :

Senin, 07 Oktober 2013

Etika Sebagai Tinjauan

PENGERTIAN ETIKA

Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata 'etika' yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan. Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika yang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal usul kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (K.Bertens, 2000).


Prinsip – prinsip Etika

1. Prinsip tanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan dan hasilnya terhadap dampak pekerjaab terhadap orang lain
2. Prinsip keadilan, tidak merugikan; membedakan orang lain.
3. Prinsip Otonomi.
Kebebasan sepenuhnya dalam menjalankan profesinya, tetapi dibatasi tanggungjawab dan komitmen profesional dan tidak mengganggu kepentingan umum.



Basis Teori Etika

Basis teori etika dibagi menjadi 4 macam, yaitu pertama adalah etika Teleologi. Istilah teleologi berasal dari bahasa Yunani yang artinya adalah tujuan, di mana etika teleologi mengandung arti mengenai mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan tersebut. Terdapat 2 aliran etika teleologi yaitu, egoisme etis dan utilitarianisme. Egoisme etis memiliki pandangan bahwa tindakan dari setiap manusia pada dasarnya bertujuan untuk mengejar pribadi dan memajukan dirinya sendiri. Satu-satunya tujuan tindakan moral kita sebagai manusia adalah mengejar kepentingan pribadi dan memajukan dirinya. Egoisme ini baru menjadi persoalan serius ketika cenderung menjadi hedonistis, yaitu ketika kebahagiaan dan kepentingan pribadi diterjemahkan semata-mata sebagai kenikmatan fisik yg bersifat vulgar. Sedangkan utilitarianisme yang berasal dari bahasa Latin utilis yang berarti bermanfaat, memiliki pandangan bahwa suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja  satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan. Dalam rangka pemikiran utilitarianisme, kriteria untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan adalah kebahagiaan terbesar dari jumlah orang yang terbesar.

Basis teori etika yang kedua adalah Deontologi. Istilah dentologi berasal dari bahasa Yunani deon yang berarti kewajiban, di mana yang menjadi dasar baik buruknya perbuatan kita sebagai manusia adalah kewajiban. Pendekatan deontologi sudah diterima dalam konteks agama, sekarang juga merupakan salah satu teori etika yang terpenting.

Basis teori etika yang ketiga adalah Teori Hak. Dalam pemikiran moral dewasa ini, teori hak adalah pendekatan yang paling banyak dipakai untuk mengevaluasi  baik buruknya  suatu perbuatan atau perilaku manusia. Teori Hak merupakan suatu aspek  dari teori deontologi, karena berkaitan dengan kewajiban. Hak dan kewajiban bagaikan dua sisi uang logam yang sama. Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama. Karena itu hak sangat cocok dengan suasana pemikiran demokratis.

Basis teori etika yang keempat adalah Teori Keutamaan, di mana mengandung arti  memandang  sikap atau akhlak seseorang. Tidak ditanyakan apakah suatu perbuatan tertentu adil, atau jujur, atau murah hati dan sebagainya. Keutamaan bisa didefinisikan  sebagai disposisi watak  yang telah diperoleh  seseorang dan memungkinkan  dia untuk bertingkah laku baik secara moral. Contoh keutamaan adalah kebijaksanaan, keadilan, suka bekerja keras, dan hidup yang baik.



Egoisme

Egoisme adalah cara untuk mempertahankan dan meningkatkan pandangan yang menguntungkan bagi dirinya sendiri, dan umumnya memiliki pendapat untuk meningkatkan citra pribadi seseorang dan pentingnya – intelektual, fisik, sosial dan lainnya. Egoisme ini tidak memandang kepedulian terhadap orang lain maupun orang banyak pada umunya dan hanya memikirkan diri sendiri
Egois ini memiliki rasa yang luar biasa dari sentralitas dari ‘Aku adalah’:. Kualitas pribadi mereka Egotisme berarti menempatkan diri pada inti dunia seseorang tanpa kepedulian terhadap orang lain, termasuk yang dicintai atau dianggap sebagai “dekat,” dalam lain hal kecuali yang ditetapkan oleh egois itu.\
Teori eogisme atau egotisme diungkapkan oleh Friedrich Wilhelm Nietche yang merupakan pengkritik keras utilitarianisme dan juga kuat menentang teori Kemoralan Sosial. Teori egoisme berprinsip bahwa setiap orang harus bersifat keakuan, yaitu melakukan sesuatu yang bertujuan memberikan manfaat kepada diri sendiri. Selain itu, setiap perbuatan yang memberikan keuntungan merupakan perbuatan yang baik dan satu perbuatan yang buruk jika merugikan diri sendiri.
Kata “egoisme” merupakan istilah yang berasal dari bahasa latin yakni ego, yang berasal dari kata Yunani kuno – yang masih digunakan dalam bahasa Yunani modern – ego (εγώ) yang berarti “diri” atau “Saya”, dan-isme, digunakan untuk menunjukkan sistem kepercayaannya. Dengan demikian, istilah ini secara etimologis berhubungan sangat erat dengan egoisme filosofis.


SUMBER :
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/ipem4430/etika21.htm
http://lovelycimutz.wordpress.com/2012/10/05/pendahuluan-etika-sebagai-tinjauan/ http://lirin021206.wordpress.com/2012/10/06/etika-sebagai-tinjauan/